Teks Fiksi Sejarah adalah teks cerita fiksi yang mengambil latar belakang sejarah. Teks ini memuat cerita fiksi (bukan sebenarnya) baik tokoh maupun peristiwanya. Pada teks fiksi sejarah, peristiwa sejarah sebagai bagian dari cerita. Teks fiksi sejarah dapat berupa novel, legenda maupun roman. Salah satu contoh fiksi sejarah adalah cerita tentang Naga Bonar yang mengambil latar peristiwa perang kemerdekaan Indonesia ketika sedang melawan kedatangan pasukan Kerajaan Belanda pasca kemerdekaan Indonesia di daerah Sumatera Utara.
Cerita Kakek Siti
Menghabiskan sore hari bersama kakek dan nenek di teras adalah kegiatan favorit Siti saat berlibur ke rumah kakek dan nenek di kampung. Biasanya, sambil minum teh dan menyantap ubi serta pisang goreng buatan nenek, kakek akan menceritakan berbagai pengalaman di waktu mudanya. Bagi Siti, cerita kakek sangat menarik.
...........
Kakek menggandeng tangan Siti, mengajaknya berjalan melewati jalan kecil di samping rumah. Kakek menyapa dengan ramah beberapa warga di sepanjang jalan. Beberapa belokan mereka lewati, hingga tiba di depan sebuah rumah yang modelnya tampak tua. Jendelanya bertingkap kayu dan berjeruji, tidak seperti rumah modern yang berjendela kaca.
“Dulu kakek waktu kecil pernah tinggal didekat rumah ini, dan pemilik rumah ini bernama Djiauw Kie Siong. Mereka keluarga keturunan Tionghoa”, kata kakek. “Kakek ingin Siti tahu, bahwa di rumah ini pernah terjadi peristiwa yang menjadi bagian sejarah bangsa kita”, tambah kakek.
Sambil mengajak Siti duduk di bangku kayu di halaman rumah tua itu, kakek melanjutkan ceritanya.
“Suatu malam rumah ini didatangi tokoh-tokoh penting Bangsa Indonesia. Pasti kamu sudah mengenal nama mereka, Bung Karno dan Bung Hatta. Pada malam tersebut keluarga Kie Siong diminta keluar dari rumah, lalu mereka menumpang tidur di rumah kakek.”
“Mengapa mereka harus keluar rumah, kek? Diusir?”, tanya Siti penasaran.
“Bukan diusir, rumah mereka dipinjam untuk diskusi penting yang dilakukan oleh para pemuda anggota PETA dengan Bung Karno dan Bung Hatta. Para pemuda ingin Bung Karno dan Bung Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia”, cerita kakek.
Siti terduduk tegak dan tersadar “Oh, aku tahu kek”. Peristiwa Rengas dengklok itu ya, kek. Siti baru ingat, sering diceritakan oleh guru IPS Siti menjelang peringatan hari kemerdekaan Indonesia. Oh, ternyata kakek pernah bertemu dengan pemilik rumah ini. Hebat kakek”, ujar Siti sambil tertawa.
“Berapa usia kakek saat itu?”, tanya Siti dengan raut muka penasaran.
“Saat terjadinya peristiwa tadi usia kakek kurang lebih sama seperti usia Siti sekarang”, ujar kakek.
“Nah, kamu pasti sudah tahu kelanjutan kejadian di malam hari tanggal 16 Agustus 1945 kan?. Coba sekarang kamu yang cerita kepada kakek. Apa yang kamu ketahui?”, tanya kakek.
“Seingat Siti, setelah kembali dari Rengasdengklok, Bung Karno dan Bung Hatta kemudian melanjutkan perundingan di rumah Laksamana Maeda, di daerah Menteng, Jakarta. Di sana, Bung Karno dan Bung Hatta merumuskan naskah proklamasi bersama tokoh-tokoh lain. Naskah proklamasi tersebut kemudian diketik oleh Bapak Sayuti Melik, dan ditandatangani oleh Bung Karno dan Bung Hatta.” Siti melanjutkan cerita kakek sambil mengingat-ingat. kisah yang sering diceritakan oleh gurunya di sekolah.
“Betul Siti, ingatanmu hebat. Pasti gurumu di sekolah sudah sering bercerita tentang detik-detik menjelang proklamasi, ya.” ujar kakek sambil tersenyum bangga. “Kemudian apa yang terjadi setelah naskah proklamasi tersebut selesai?”, tanya kakek lagi.
“Esok harinya, tanggal 17 Agustus 1945, jam 10:00 pagi, rakyat sudah berkumpul di halaman rumah Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Di sana naskah proklamasi tersebut dibacakan oleh Bung Karno, dan diberitakan ke seluruh penjuru negeri oleh stasiun Radio Antara. Oleh karena itu tanggal 17 Agustus 1945 dinyatakan sebagai Hari Kemerdekaan Republik Indonesia”, Siti menjawab pertanyaan kakek.
“Nah, sekarang kamu semakin paham sejarah kemerdekaan Indonesia. Bahkan kamu sudah melihat langsung salah satu lokasi bersejarah dalam rangkaian peristiwa proklamasi ya”, ujar kakek.
“Iya kek, Siti akan cerita ke guru dan teman-teman di sekolah, bahwa
Siti sudah melihat langsung tempat bersejarah di Rengasdengklok, dan mendengar cerita dari saksi sejarahnya.” ujar Siti sambil tertawa.
“Ha..ha..ha..bisa saja kamu. Ayo, kita kembali. Pasti Nenek sudah menunggu kita di rumah.” kata Kakek. Siti dan Kakek pun berjalan bergandengan kembali ke rumah. Siti senang, sebab sepulang berkunjung ke rumah Kakek selalu membawa pulang oleh-oleh cerita.
Berdasarkan teks di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
1. Tulislah bagian dari teks tersebut yang merupakan fakta-fakta sejarah.
- Pemilik rumah ini bernama Djiauw Kie Siong. Mereka keluarga keturunan Tionghoa.
- Tokoh-tokoh penting Bangsa Indonesia yaitu Bung Karno dan Bung Hatta.
- Rumah mereka dipinjam untuk diskusi penting yang dilakukan oleh para pemuda anggota PETA dengan Bung Karno dan Bung Hatta. Para pemuda ingin Bung Karno dan Bung Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
- Setelah kembali dari Rengasdengklok, Bung Karno dan Bung Hatta kemudian melanjutkan perundingan di rumah Laksamana Maeda, di daerah Menteng, Jakarta. Di sana, Bung Karno dan Bung Hatta merumuskan naskah proklamasi bersama tokoh-tokoh lain. Naskah proklamasi tersebut kemudian diketik oleh Bapak Sayuti Melik, dan ditandatangani oleh Bung Karno dan Bung Hatta.
- Esok harinya, tanggal 17 Agustus 1945, jam 10:00 pagi, rakyat sudah berkumpul di halaman rumah Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Di sana naskah proklamasi tersebut dibacakan oleh Bung Karno, dan diberitakan ke seluruh penjuru negeri oleh stasiun Radio Antara. Oleh karena itu tanggal 17 Agustus 1945 dinyatakan sebagai Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
2. Tulislah bagian dari teks tersebut yang merupakan fiksi.
- Dulu kakek waktu kecil pernah tinggal didekat rumah ini.
- Ternyata kakek pernah bertemu dengan pemilik rumah ini.
- Suatu malam rumah ini didatangi tokoh-tokoh penting Bangsa Indonesia.
- Pada malam tersebut keluarga Kie Siong diminta keluar dari rumah, lalu mereka menumpang tidur di rumah kakek.
Teks 2
Hari Jumat pukul 05.00 pagi, fajar 17 Agustus 1945 memancar di ufuk timur. Para pemimpin bangsa dan para tokoh pemuda keluar dari rumah Laksamana Maeda, dengan diliputi kebanggaan. Hingga dini hari mereka bekerja keras merumuskan teks Proklamasi.
Mereka sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia hari itu di halaman rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, pada pukul 10.00 pagi. Bung Hatta berpesan kepada para pemuda yang bekerja di kantor-kantor berita, untuk memperbanyak naskah proklamasi dan menyebarkannya ke seluruh dunia .
Menjelang pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan, suasana di Jalan Pegangsaan Timur 56 cukup sibuk. Bendera yang dijahit oleh tangan Ibu Fatmawati sudah disiapkan. Bentuk dan ukuran belum sempurna. Memang, kain itu awalnya tidak disiapkan untuk bendera.
Upacara itu berlangsung secara sederhana saja, Latief Hendraningrat, salah seorang anggota PETA, memberi aba-aba kepada seluruh barisan pemuda yang telah menunggu sejak pagi untuk berdiri. Serentak semua berdiri tegak dengan sikap sempurna. Dengan suara mantap dan jelas, Soekarno membacakan teks proklamasi.
Diagram frayer mengenai teks fiksi sejarah.
Diagram frayer mengenai teks fiksi sejarah.
Contoh : Naga Bonar Cerita Kakek Siti Taiko Misteri di Balik Pemberontakan Ra Kuti | Bukan Contoh : Biografi Jenderal Sudirman Pertempuran Surabaya Pertempuran Lima Hari di Semarang Bandung Lautan Api | ||||||||||||||||||
Teks Fiksi Sejarah | |||||||||||||||||||
Ciri-ciri : Tokoh yang ada dalam cerita adalah rekaan. Peristiwa yang ada dalam cerita berlatar sejarah. | Definisi : Teks Fiksi Sejarah adalah teks cerita fiksi yang mengambil latar belakang sejarah. |